BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualifikasi
sumberdaya manusia, sangat diperlukan dalam menguasai dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu menghadapi persaingan global.
Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan
pembangunan disegala bidang. Hingga kini pendidikan masih diyakini sebagai
wadah dalam pembentukan sumberdaya manusia yang diinginkan. Melihat begitu
pentingnya pendidikan dalam pembentukan sumberdaya manusia, maka peningkatan
mutu menjawab perubahan zaman.
Dimasa sekarang ini banyak orang mengukur keberhasilan suatu
pendidikan hanya dilihat dari segi hasil. Pembelajaran yang baik adalah
bersifat menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik
aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, sehingga dalam pengukuran tingkat
keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari segi kualitas yang
telah dilakukan di sekolah-sekolah.
Mengacu
dari pendapat tersebut, maka pembelajaran yang aktif ditandai adanya rangkayan
kegiatan terencana yang melibatkan siswa secara langsung, komprehensif baik
fisik, mental maupun emosi. Hal semacam ini sering diabaikan oleh guru karena
guru lebih mementingkan pada pencapaiyan tujuan dan target kurikulum.
Berdasarkan
pengalaman penulis selama mengajar di kelas V SD Negei 8 Lawa dengan jumlah
siswa 14 orang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 7 orang perempuan, hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA (sains) masih tergolong rendah. Hal ini
dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan
umum 2 tahun terakhir pada materi pokok sifat-sifat cahaya yakni tahun
pelajaran 2010/2011, nilai rata-rata siswa 60,16 dan tahun pelajaran 2011/2012
dengan nilai rata-rata siswa 62,50 yang belum memenuhi ketuntasan standar
minimal yag ditetapakan oleh sekolah yakni 65,00. Hal ini berarti proses
pembelajaran IPA masih perlu ditingkatkan agar hasil belajar siswa dapat
optimal serta dapat mencapai standar ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh
sekolah.
Berdasarkan
uraian diatas, maka penulis tertarik melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan judul : Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya di Kelas
V SD Negeri 8 Lawa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar
belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: “ Apakah Penerapan Metode Eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi pokok sifat-sifat cahaya di kelas V SD Negeri 8 Lawa?”
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi pokok sifat-sifat Cahaya di kelas V SD Negeri 8
Lawa melalui penerapan metode eksperimen.
D. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi
siswa, guru dan sekolah sebagai suatu system pendidikan yang mendukung
peningkatan proses pembelajaran yakni:
1. Bagi siswa: dapat meningkatkan aktifitas dan
kreatifitassiswa dan akan berdampak meningkatan hasil belajar IPA siswa.
2. Bagi Guru: menambah pengetahuan tentang pemanfaatan metode
eksperimen sebagai metode pembelajaran.
3. Bagi sekolah: memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah
dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan
kualitas pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pendidikan IPA di SD disesuaikan dengan tingkat perkembangan
mental anak, artinya dengan tingkat kemampuan berfikir anak. Pikiran anak masih
terbatas pada objek di sekitar lingkungan. Pada tingkatini anak dapat mengenal
bagian-bagian dari benda-benda seperti berat, warna dan bentuknya. Kemampuan
yang dikembangkan adalah menggolongkan dengan berbagai cara, menyusun dan merangkai
berurutan dan melakukan proses berfikir kebalikan, melakukan operasi
matematika, seperti menambah, mengurangi, mengalih dan membagikan, anak SD
sudah mampu mengklasifikasikan bagian-bagian, struktur dan fungsi. Dia berfikir
kebalikannya misalnya merpati termasuk burung, burung itu bertelur maka anak
dapat menyimpulkan bahwa anak dapat bertelur.
Anak belum dapat berfikir abstrak tetapi ia dapat membuat
hipotesis sederhana. Ruang lingkup IPA di SD mencakup mahluk hidup dan proses
kehidupannya, materi sifatsifat dan keguanaannya, kesehatan dan makanan,
penyakit dan pencegahannya, membudayakan alam dan kegunaannya, pemeliharaan dan
pelestariannya. Alokasi waktu yang diberikan berturut-turut dari kelas III
sampai VI adalah 3,6,6,6 jam pelajaran perminggu. (Depdikbud, 1994: 117)
2.
Pembelajaran IPA dengan Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melatih melakukan proses secara mandiri, sehinggasiswa
sepenuhnya terlibat untuk menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan
variable, merencanakan eksperimen dan memecahkan masalah yang dihadapi secara
nyata. Melalui eksperimen, siswa tidak menerima begitu saja sejumlah informasi
yang diperolehnya tetapi akan berusaha untuk mengelolah perolehannya dengan membandingkan
tahap fakta yang diperolehnya dalam eksperimen yang dilakukan. Metode
eksperimen dapat dikembangkan keterampilan-keterampilan seperti: keterampilan
mengamati, menghitung, mengukur, membuat pola, membuat hipotesis, merencanakan
eksperimen, mengendalikan variable, menginterpretasi data, membuat kesimpulan
sementara, meramal, menerapkan, mengkomunikasikan, dan mengajukan pertanyaan.
(Bahan Penataran CBSA, 1991: 119)
Eksperimen adalah bagian yang amat sulit dipisahkan dari ilmu
pengetahuan alam, dapat dilakukan di laboratorium maupun dialam terbuka. Metode
ini mempunyai arti penting karena memberi pengalaman praktis yang dapat
membentuk persamaan dan kemauan anak. Hal-hal yang diperhatikan dalam
eksperimen adalah melakukan hal-hal praktis dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari, member pengertian sejelas-jelasnya tentanglandasan teori yang akan
diujicobakan. Metode eksperimen dalam pembelajaran IPA memiliki keuntungan
antara lain: siswa kreatif melakukan kegiatan, memberi kesempatan menggunakan
seluruh panca indra, melatih intelektual anak, siswa dapat melakukan kegiatan
sesuai metode ilmia dan dapat menemukan sendiri temuan yang baru. Hal yang
harus diperhatikan oleh guru antara lain: guru harus melatih dan melaksanakan metodeh ilmiah, perlu perencanaan yang matang
sebelum melakukan eksperimen, memerlukan peralatan yang harus dipersiapkan
terlebih dahulu. Eksperimen menjadi gagal apabila kondisi peralatan tidak cocok
sehingga kesimpulan salah.
Proses pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen
dapat meningkatkan keterampilan proses. Juga meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, Ilmu Pengetahuan Alam dapat
berkembang pesat berkat metode ilmiah. Proses pembelajaran IPA menentukan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan metode
eksperimen dalam proses pembelajaran dapat melatih siswa mengembangkan
keterampilan intelektualnya.
Menurut Sulamah (2003: 30) proses pembelajaran IPA dengan
menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan keterampilan proses, juga
meningkatakan prestasi belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan
bahwa Ilmu Pengetahuan Alam dapat berkembang pesat berkat metode ilmiah. Proses
pembelajaran IPA menuntut keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran. Dengan metode eksperimen dalam Proses pembelajaran dapat melatih
siswa mengembangkan keterampilan inteletualnya. Diharapkan metode eksperimen
dalam proses pembelajaran IPA akan dapat menigkatkan prestasi belajar dan
semangat belajar secara aktif pada siswa.
3.
Belajar dan Mengajar
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Belajar menunujuk pada apa yang harus dilakukan
seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus
dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Belajar merupakan suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan yang terjadi pada seseorang. Perubahan yang
merupakan hasil dari belajar dapat ditunjukan dalam berbagaibentuk seperti
berubahnya pengetahuan, pengalaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilannya,
kemampuan dan kecakapannya daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain
aspek yangada pada individu (Sudjana 1987:28). Dalam proses belajar dan
mengajar terjadi interaksi antara guru dan siswa. Interaksi guru dan siswa
sebagai makna utama proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang efektif. Kedudukan siswa dalam proses belajar dan
mengajar adalah sebagai subjek dan sekaligus objek dalam pembelajaran, sehingga
proses atau kegiatan belajar dan mengajar adalah kegiatan belajar siswa dalam
mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Pembelajaran merupakan suatu usaha dasar yang dilakukan oleh
guru dengan tujuan untuk membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya, sehingga perubahan tingkah laku yang diharapkan dapat
terwujud.
Belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh semua ilmu
pengetahuan yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku (Hamalik, 2003:40).
Belajar juga dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan pengetahuan,
keterampilan sehinga mampu mengubah tingkah laku itu menjadi tetap berubah lagi
dengan modifikasi yang sama (Hudoyo 2001:3).
Berdasarkan beberapa pendapat tentang belajar, maka dapat
disimpulkan beberapa pokok pengertian belajar, antara lain (a) belajar akan
membawa perubahan tingkah, (b) dengan belajar sesorang akan mendapat
pengetahuan baru, dan (c) perubahan tingkah laku dan pengetahuan itu diperoleh
melalui suatu usaha dan pengalaman.
Mengajar pada dasarnya merupakan segala upaya yang disengaja
dalam rangka memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses
belajarmengajar sesuai dengan tujuan
yang telah dirumuskan(Rusyan, 2004:26). Lebih lanjut Sardiman (2003:19) bahwa
di dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai
subyek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal
pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi agar
prose situ dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.
Prose belajar mengajar meliputi kegiatan yang dialkukan guru
mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak
lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
pembelajaran (Sobroto, 2002:19). Usaha untuk mencapai tujuan belajar tersebut
maka perlu diciptakan adanya system lingkungan atau kondisi belajar yang lebih
kondusif, sebab mengajar adalah usaha
penciptaan system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar
yang optimal. (Slameto 2003: 32).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa proses belajar mengajar adalah terjadinya interaksi belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru (sebagai pengajar) agar siswa (sebagai pelajar)mendapatkan
pengalaman yang ditujukan oleh perubahan tingkah lakudalam pencapaian
pembelajan.
4.
Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar dalam kontekstual menekankan proses yaitu segala
kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Nilai
siswa diperoleh dari penampilan siswa sehari-hari ketika belajar. Hasil belajar
diukur dengan berbagai cara misalnya, proses bekerja, hasil karya, penampilan,
rekaman, dan tes (Depdiknas 2002).
Menurut Purwanto (1986) bahwa hasil belajar biasanya dapat
diketahui melaui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data
pembuktian yang akanmenunjukan sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan
siswa dalam pencapaiyan tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang dicapai oleh
siswa dipengaruhi dua factor utama yakni factor dari dalam diri siswa itu dan
factor yang dating dari luar siswa atau factor lingkungan. Factor kemampuan
siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Clark
mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh
kemampuan siswada 30 % dipengaruhi oleh linkungan. Disamping factor kemampuan
yang dimiliki oleh siswa, juga ada factor lain, seperti motifasi belajar, minat
dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, social ekonomi, factor
fisikdan psikis (Sudjana, 1987: 39-40).
Adaqnya pengaruh dalam diri siswa merupakan hal yang logis dan
wajar, sebab hakikat perbutan belajar adalah perubahan tingkahlaku individu
yang diniati dan disadari. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan
mempengaruhi nilai belajar disekolah adalah kualitas pengajaran yaitu tinggih
rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar dan mengajar dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Oleh karena itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi
oleh kemampuan siswa dan kualitas pembelajaran.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan
dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Tatih (2010) yang
berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negri 8 Lawa Muna
pada Materi pokok Gaya Dapat Mengubah Gerak Suatu Benda dengan Menggunakan
Metode Eksperimen” menyimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negri 8 Lawa yang ditandai
dengan meningkatnya hasil belajar dari 62,25 (sebelum penelitian) menjadi 75,00
pada akhir siklus II.
C. Kerangka Berfikir
Metode eksperimen adalah metode yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melatih melakukan proses secara mandiri, sehingga siswa
sepenuhnya terlibat untuk menentukan fakta, menggumpulkan data, mengendalikan
variable, merencanakan eksperimen dan memecahkan masalah yang dihadapi secara
nyata melalui eksperimen siswa tidak menerima begitu saja sejumlah informasi
yang diperolehnya tetapi akan berusaha untuk mengelolah perolehannya dengan
membandingkan tahap fakta yang diperolehnya dengan eksperimen yang dilakukan.
Metode eksperimen dapat dikembangkan dengan keterampilan-keterampilan seperti:
keterampilan mengamati, menghitung, mengukur, membuat pola, membuat hipotesis,
merencanakan eksperimen, mengendalikan variable, menginterpretasikan data,
membuat kesimpulan sementara, meramal, menerapkan, mengkomunikasikan dan
mengajukan pertanyaan.
Hasil belajar siswa adalah ukuran keberhasilan siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran dalamsuatu sub materi pokok. Untuk mengajarkan
konsep IPA, guru sebaiknya memperhatikan kondisi siswa yang diajarnya. Kondisi
yang dimaksudkan adalah kesiapan siswa, perbedaan kemampuan siswa dan tingkah
laku siswa dalam menerima pelajaran.
Melalui penerapan metode eksperimen dapat memudahkan siswa
dalam menerima materi pelajaran karena siswa berfikir bersama, sehingga siswa
berperan aktif dan memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna serta dapat
meningkatkan hasil belajar.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka
hipotesis tindakan dalam penelitian, ini adalah penerapan metode eksperimen
dalam mengajarkan IPA pada materi pokok sifat-sifat cahaya dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas V SD Negri 8 Lawa.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar, Jakarta:
Depdikbud.
Depdiknas, 2003. Kurikulum
2004 Standar Kompentensi Mata Pelajaran Sains. Depdiknas. Jakarta:
Hamalik, O., 2003. Pendekatan
Baru Strategi Belajar Mengajar Berdsarkan CBSA. Sinar Baru, Bandung.
Hudoyo,
H., 2001. Belajar Mengajar. Dirjen
Pendidikan Tinggi Depdikbud Jakarta.
Kemmis,
S. (Ed. 1991). The Action Research
Planner. Deakin. University: Australia.
Morgan dan Purwanto, 2002. Ilmu Pendidikan (Teoritis dan Praktis). Remaja Rosda Karya. Bandung
Nasution, S. 1985. Berbagai
Pendekatan dalam proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution, S. 1994. Berbagai
Pendekatan dalam proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, N 1986. Prinsip-prinsip
dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Karya Bandung.
Pusat KurikulumBalitbang Depdiknas. 2002. Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar. http://www.puskur.or.id/data/ringkasan_kbm.pdf.
Rusyan, 2004. Pendekatan
dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Roestiyah, N.K 1988. Didaktik
Metodik. Jakarta: Bina Aksara.: Remaja Rosdakarya. Bandung
Sardiman, 2003. Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta, Jakarta
Subroto, 2002. Proses Belajar Mengajar. Rineka Cipta,
Jakarta.
Slameto,
1987. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi. Rieka Cipta Jakarta.
Slameto,
1987. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi. Rieka Cipta Jakarta.
Sudjana, N. 1987. Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar.: PT. Sinar Baru Algensindo. Bandung
Sudjana, N. 1990. Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung
Sulamah, 2003. Meningkatkan
Keterampilan Proses Melalui Penggunaan Model Eksperimen pada Siswa Kelas VI SDN
Purwoyoso, Ngaliyan, Semarang.
Suryabrata, Sumadi, 1997. Metodelogi Penelitian. Jakarta: PT Raya
Grafindo
Susilo, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Pustaka Book
Publisher. Yogyakarta.
Tim PLPG, 2012. Pendidikan
dan Pelatihan Profesi Guru. Rayon 126Universitas
Haluoleo
Kendari.
Tirtarahardja, 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Usman, Moh. Uzer, 2000. Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja
Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer, 2004. Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja
Rosdakarya
Winkel, W.S., 1987. Psikologi Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar