PITYRIASIS ROSEA
DEFINISI
Pitiriasis rosea ialah penyakit
akut, kelainan kulit berupa timbulnya papuloskuamosa yang dapat hilang dengan
sendirinya, umumnnya menyerang anak-anak dan dewasa muda yang sehat, walaupun
sebenarnya dapat ditemukan pada semua umur. Penyebabnya belum diketahui, diduga
virus sebagai penyebab timbulnya erupsi. Penyakit ini merupakan salah satu dari
penyakit kulit yang paling sering ditemukan pada praktek klinis. Riwayat
perjalanan penyakit dan penemuan klinis yang didapatkan hampir selalu sama.
Anak ataupun dewasa muda yang terkena penyakit ini, tidak merasakan gejala yang
berarti, kemudian timbul bercak merah dan bersisik yang bisa muncul di batang
tubuhnya, paha atas, atau di daerah bahu. Pitiriasis rosea mungkin akan lebih
sulit untuk didiagnosa apabila lesi-lesi kecil yang muncul setelah lesi pertama
belum didapatkan secara klinis. Lesi yang timbul bisa disalahartikan sebagai
infeksi jamur atau dermatitis.
EPIDEMIOLOGI
Kurang lebih 75% kasus pitiriasis rosea didapatkan pada usia antara 10-35
tahun. Puncak insidensnya terdapat pada usia antara 20-29
tahun. Namun ada juga yang mengatakan puncak insidensinya terdapat pada
usia antara 15-40 tahun. Namun bagaimanapun penyakit ini bisa muncul dari
usia 3 bulan sampai dengan 83 tahun. Insidensnya meningkat terutama pada
musim semi, musim gugur, dan musim dingin. Penyakit ini terdapat di
seluruh dunia dan didapatkan kira-kira sebanyak 2% dari setiap kunjungan pasien
yang berobat jalan pada ahli penyakit kulit. Prevalensi terjadinya pitiriasis
rosea lebih banyak ditemukan pada golongan sosioekonomi masyarakat kelas
menengah dan yang kurang mampu. Insidens pada pria dan wanita hampir sama,
walaupun sedikit lebih banyak ditemukan pada wanita. Prevalensinya tidak
dipengaruhi oleh golongan ras tertentu. Penyakit ini biasanya bertahan antara
6-8 minggu, tapi dapat juga didapatkan variasi lamanya sakit yang berbeda.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya pitiriasis rosea masih belum diketahui, walaupun sudah
dikemukakan beberapa dugaan penyebab timbulnya penyakit ini. Sudah lama
dipikirkan bahwa virus sebagai penyebab timbulnya penyakit ini, karena adanya
gejala prodromal yang biasa muncul pada infeksi virus bersamaan dengan
munculnya bercak kemerahan di kulit. Human herpes virus 7 telah
dikemukakan sebagai penyebabnya, namun beberapa penelitian telah gagal
menunjukkan bukti-bukti yang meyakinkan.6 Penelitian yang
dilakukan akhir-akhir ini terfokus pada peranan HHV-6 dan HHV-7 pada pitiriasis
rosea. Dalam suatu penelitian, partikel HHV telah terdeteksi pada 70% pasien
penderita pitiriasis rosea. Partikel-partikel virus ini ditemukan dalam jumlah
banyak diantara serat-serat kolagen dan pembuluh-pembuluh darah pada lapisan
dermis atas dan bawah. Partikel virus ini juga berada selang-seling diantara
keratinosit dekat dengan perbatasan dermal-epidermal.
Namun apa yang menjadi pemicu
utama reaktivasi HHV-7 masih belum jelas. Pitiriasis rosea tidak disebabkan
langsung oleh infeksi virus herpes melalui kulit, tapi kemungkinan disebabkan
karena infiltrasi kutaneus dari infeksi limfosit yang tersembunyi pada waktu
replikasi virus sistemik. Bukti lain mengesankan reaktivasi virus mencakup
kejadian timbulnya kembali penyakit dan timbulnya pitiriasis rosea pada saat
status imunitas seseorang mengalami perubahan. Didapatkan sedikit peningkatan
insidens pitiriasis rosea pada pasien yang sedang menurun imunitasnya, seperti
ibu hamil, dan penerima transplantasi sumsum tulang.
Chlamydia
pneumonia, Mycoplasma pneumonia dan Legionella pneumonia telah
dikemukakan sebagai agen penyebab pitiriasis rosea yang berpotensi kuat, namun
belum ada penelitian yang menunjukkan kenaikan kadar antibodi yang signifikan
terhadap mikroorganisme yang telah disebutkan di atas pada penderita pitiriasis
rosea. Erupsi kulit yang mirip dengan pitiriasis rosea dapat timbul
sebagai akibat dari reaksi obat. Macam-macam obat yang berhubungan dengan
munculnya erupsi kulit mirip pitiriasis rosea antara lain:
Barbiturat
|
Bismuth
|
Captopril
|
Clonidine
|
Toksoid
difteri
|
D-penicillamine
|
Senyawa
emas
|
Imatinib
(Gleevec)
|
Isoretinion
|
Ketotifen
(Zaditor)
|
Levamisole
|
Methopromazine
|
Metronidazole
|
Omeprazole
|
Terbinafine
|
Hidroksiklorokuin
|
Interferon
|
Lisinopril
|
Arsen
|
Tripelennamine
hidroklorida
|
Ergotamine
|
Penicillamine
|
Vaksin
Hepatitis B
|
Vaksin
pneumokokus pada anak dengan sindrom nefrotik
|
HISTOPATOLOGI
Pemeriksaan
histopatologi sangat membantu dalam meyingkirkan diagnosa banding. Gambaran
histopatologi dari pitiriasis rosea meliputi:
· Akantosis ringan (
penebalan epidermis krn pembentukan plak papula)
· Parakeratosis
fokal
· Ekstravasasi
eritrosit ke lapisan epidermis
· Spongiosis dapat
ditemukan pada kasus akut
· Infiltrat
perivaskular ringan dari limfosit ditemukan pada dermis
GEJALA KLINIS
Kurang
lebih pada 20-50% kasus, bercak merah pada pitiriasis rosea didahului dengan
munculnya gejala mirip infeksi virus seperti gangguan traktus respiratorius
bagian atas atau gangguan gastrointestinal. Sumber lain menyebutkan
kira-kira 5% dari kasus pitiriasis rosea didahului dengan gejala prodormal
berupa sakit kepala, rasa tidak nyaman di saluran pencernaan, demam, malaise,
dan artralgia. Lesi utama yang paling umum ialah munculnya lesi soliter berupa
makula eritem atau papul eritem pada batang tubuh atau leher, yang secara
bertahap akan membesar dalam beberapa hari dengan diameter 2-10 cm, berwarna
pink salmon, berbentuk oval dengan skuama tipis.
Lesi
yang pertama muncul ini disebut dengan Herald patch/Mother
plaque/Medalion. Insidens munculnya Herald
patch dilaporkan sebanyak 12-94%, dan pada banyak penelitian kira-kira
80% kasus pitiriasis rosea ditemukan adanya Herald patch. Jika
lesi ini digores pada sumbu panjangnya, maka skuama cenderung untuk melipat
sesuai dengan goresan yang dibuat, hal ini disebut dengan “Hanging
curtain sign”. Herald patch ini akan bertahan selama satu
minggu atau lebih, dan saat lesi ini akan mulai hilang, efloresensi lain yang
baru akan bermunculuan dan menyebar dengan cepat. Namun kemunculan dan
penyebaran efloresensi yang lain dapat bervariasi dari hanya dalam beberapa jam
hingga sampai 3 bulan. Bentuknya bervariasi dari makula berbentuk oval
hingga plak berukuran 0,5-2 cm dengan tepi yang sedikit meninggi. Warnanya pink
salmon (atau berupa hiperpigmentasi pada orang-orang yang berkulit gelap) dan
khasnya terdapat koleret dari skuama di bagian tepinya. Umum ditemukan
beberapa lesi berbentuk anular dengan bagian tengahnya yang tampak lebih
tenang.
Pada pitiriasis rosea
gejalanya akan berkembang setelah 2 minggu, dimana ia mencapai puncaknya.
Karenanya akan ditemukan lesi-lesi kecil kulit dalam stadium yang berbeda. Fase
penyebaran ini secara perlahan-lahan akan menghilang setelah 2-4 minggu.4 Sumber
lain yang menyebut erupsi kulit akan menghilang secara spontan setelah 3-8
minggu.3 Namun pada beberapa kasus dapat juga bertahan hingga
3-5 bulan.4,6 Lesi-lesi ini muncul terutama pada batang tubuh
dengan sumbu panjang sejajar pelipatan kulit.8 Tampilannya
tampak seperti pohon natal yang terbalik (inverted christmas tree
appearance). Hal ini membingungkan karena susunan lesi yang muncul
membentuk garis yang mengarah ke bawah dari columna vertebra bila dilihat dari
belakang, namun jika dilihat dari depan maka garisnya mengarah ke atas dari
sentral abdomen. Hal ini nampak tidak sesuai jika kita bandingkan dengan
arsitektur dari pohon natal sebenarnya. Tapi bagaimanapun, terlepas dari
tampilan lesi yang mirip dengan pohon natal, terbalik ataupun tidak, tidak
diragukan lagi Herald patch merupakan lesi patognomonik dari
pitiriasis rosea.5
Lokasinya juga sering
ditemukan di lengan atas dan paha atas. Lesi-lesi yang muncul berikutnya jarang
menyebar ke lengan bawah, tungkai bawah, dan wajah.5 Namun
sesekali bisa didapatkan pada daerah tertentu seperti leher, sela paha, atau
aksila. Pada daerah ini lesi berupa bercak dengan bentuk sirsinata yang
bergabung dengan tepi yang tidak rata sehingga sangat mirip dengan Tinea
corporis. Gatal ringan-sedang dapat dirasakan penderita, biasanya saat timbul
gejala.3 Gatal merupakan hal yang biasa dikeluhkan dan gatalnya
bisa menjadi parah pada 25% pasien. Gatal akan lebih dirasakan saat kulit dalam
keadaan basah, berkeringat, atau akibat dari pakaian yang ketat. Akan tetapi,
25% penderitanya tidak merasakan gatal.4 Relaps dan rekurensi
jarang sekali ditemukan. Ekskoriasi jarang ditemukan.3 Efek
dari terapi yang berlebih atau adanya dermatitis kontak, umum ditemukan.8
Terkadang pitiriasis rosea bisa muncul dalam bentuk distribusi yang tidak khas,
dan penegakan diagnosanya tergantung dari manifestasi klinis yang ada dan lesi
utama berupa Herald patch. Predileksi tempat yang atipikal
mencakup telapak kaki, wajah, scalp, dan genitalia. Sebagai tambahan, multipel Herald
patch ditemukan pada 5,5% kasus. Yang lebih tidak umum lagi, jenisnya
sendiri tidak khas, contohnya ruam kulit bisa dikelilingi oleh vesikel-vesikel.