Kamis, 16 Agustus 2012

PENELITIAN GEOLOGI IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   LATAR BELAKANG

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme pada batuan yang telah ada sebelummya. Proseses metamorfisme adalah proses perubahan mineral dan tekstur atau struktur batuan dalam keadaan padat akibat perubahan tekanan dan temperature yang tinggi dalam kerak bumi tanpa mengubah komposisi kimia.
Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan temperatur 200oC – 6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi (Endarto, 2005)

1.2 TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum acara Identifikasi Batuan Metamorf adalah:
a.       Mampu mengidentifikasi batuan metamorf
b.       Mampu mnjelaskan jenis-jenis batuan metamorf

1.3 ALAT DAN BAHAN

      Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara Identifikasi Batuan Metamorf adalah:
No.
Nama Alat dan Bahan
Kegunaan
1.
Sampel batuan metamorf
Untuk diidentifikasi
2.
Lubang preparat
Sebagai pembatas untuk mengamati batuan agar tidak semua bagian batuan teramati
3.
Classification of Metamorphic Rocks
Sebagai referensi untuk menentukan jenis batuan yang telah diidentifikasi
4.
Kamera
Untuk mengambil gambar sampel mineral


1.4 TEORI

Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang telah mengalami proses/perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan temperatur 200oC – 6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.
Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adalah proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi (Endarto, 2005).

Metamorfisme dapat digolongkan menjadi:
1.        Metamorfisme kontak/sentuh/termal.
Terjadi pada zone kontak dengan tubuh magma, intrusif ataupun ekstrusif yang mempunyai tekanan 1000-3000 atmosfer dan temperatur 300-800 derajat celcius.
2.        Metamorfisme dinamik/dislokasi/kinematik/kataklastik
Terjadi pada zona sesar
3.        Metamorfisme regional
Terjadi pada daerah luas akibat orogenesis. Pada proses ini pengaruh tekanan dan temperatur berjalan bersama-sama. Proses ini terjadi dalam kerak bumi di bawah zone of weathering and cementation,tetapi di atas zone of remelting. Tekanan 2000-13000 bars.

Komposisi mineral batuan metamorf.
Dapat digolongkan menjadi 2 macam:
1.       Mineral yang tahan terhadap proses metamorfisme
2.       Mineral baru yang terbentuk selama atau akibat proses metamorfisme

Sebagai contoh,kwarsa adalah mineral yang sangat stabil, sehingga mampu bertahan terhadap proses metemorfisme(kondisi baru) dan oleh sebab itu kwarsa hadir dalam batuan metamorf. Dilain hal mineral lempung akan berubah menjadi mineral lain selama proses metamorfisme sesuai dangan kondisinya yang baru.

Mineral yang umum dijumpai dalam batuan metamorf:
1.       Kwarsa 6.Muskovit
2.       Kalsit 7.Garnet
3.       Feldspar 8.Staurolit
4.       Klorit 9.Kyanit
5.       Biotit 10.Silimanit

Mineral yang jarang ditemukan dalam batuan metamorf:
1.       talk 6.wolastonit
2.       grafit 7.kodierit
3.       epidot 8.andalusit
4.       tremolit 9.korundum

Tiga jenis metamorphism dapat bervariasi, tergantung pada efek relatif mekanik dan perubahan kimia. Metamorphism dinamis, atau cataclasis, terutama hasil dari deformasi mekanis dengan sedikit jangka panjang perubahan suhu. Tekstur yang dihasilkan oleh penyesuaian tersebut berkisar dari breccias terdiri dari sudut, batu hancur fragmen yang sangat halus, butiran atau bubuk batu dengan jelas foliation dan lineation disebut mylonites. Hubungi metamorphism terjadi terutama sebagai akibat dari peningkatan suhu di mana stres diferensial minor. Sebuah fenomena umum adalah efek yang dihasilkan berdekatan dengan intrusi batuan beku di mana beberapa zona malihan mineral diwakili dengan mengubah suhu assemblages mencerminkan gradien dari gangguan suhu tinggi ke suhu rendah host rocks; zona ini konsentris untuk gangguan. Karena volume suara yang terkena dampak adalah kecil, tekanan dekat konstan. Batu telah dihasilkan butir equidimensional karena kurangnya stres dan biasanya halus karena durasi pendek metamorphism. Metamorphism Daerah hasil dari peningkatan umum suhu dan tekanan di atas area yang luas. Nilai atau intensitas metamorphism diwakili oleh assemblages mineral yang berbeda. Metamorphism regional dapat dibagi lagi menjadi tekanan yang berbeda-kondisi temperatur berdasarkan urutan diamati assemblages mineral. Ini mungkin termasuk kondisi ekstrim, di mana sebagian meleleh terjadi, yang disebut anatexis. Metamorphism jenis lain dapat terjadi. Mereka retrograde metamorphism, tanggapan mineral assemblages untuk menurunkan suhu dan tekanan; metasomatism, yang metamorphism yang mencakup penambahan atau pengurangan komponen dari kumpulan asli; poli-metamorphism, efek lebih dari satu peristiwa metamorf dan hidrotermal metamorphism, perubahan yang terjadi dalam kehadiran air pada suhu dan tekanan tinggi yang mempengaruhi hasil mineralogi dan laju reaksi.
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970).
Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu batuan tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas memberi nama batuan tersebut. Sifat fisika dankimiayangumumdikenal dalam mengidentifikasi batuan biasanya dibagi dalam 4 kategori sifat, yaitu :
A. Warna
B. Tekstur
C. Struktur
D. Komposisi mineral pembentuk batuan

A. Warna
Beberapa ciri warna pada mineral yang penting :
- kwarsa : berwarna putih jernih, putih susu dan tidak memiliki belahan.
- mika : apabila berwarna putih diberi nama muskovit, bila berwarna
hitam diberi nama biotit, keduanya dicirikan adanya belahan
seperti lembaran-lembaran.
- feldspar : apabila berwarna merah daging diberi nama ortoklas
(bidang belah tegak lurus/ 90°), bila berwarna putih abuabu
diberi nama plagioklas (belahan kristal kembar).
- karbonat : biasanya mineral ini diberi nama kalsit dan dolomit, ciri utama mineral karbonat ini adalah bereaksi dengan HCl.
B. Tekstur
Tekstur merupakan kenampakan batuan berkaitan dengan ukuran, bentuk,
dan susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan dapat dijadikan petunjuk tentang proses (genesa) yang terjadi pada waktu lampau sehingga menghasilkan batuan tersebut.
Tekstur umum yang sering dijumpai pada batuan metamorf :
  1.  Kristaloblastik : mineral-mineral batuan asal sudah mengalami kristalisasi kristalisasi kembali pada             waktu terjadi metamorfosa
  2. Tekstur relik (sisa) : tekstur batuan metamorf yang masih terlihat tekstur batuan asalnya. Secara umum penamaannya diawali dengan ‘blasto’, misal,blastoporfiritik.

C. STRUKTUR
Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian batuan yang berbeda.
Macam-macam struktur merupakan hubungan antar butir penyusun dalam batuan tersebut, antara lain dibedakan menjadi 2 macam :
1.       Berfoliasi : bila pada batuan metamorf terdapat penjajaran mineral-mineral yang terdapat dalam batuan tersebut.
2.       Non-foliasi: bila pada batuan metamorf tidak terdapat penjajaran mineralmineral yang terdapat dalam batuan tersebut.

D. Komposisi Mineral pembentuk batuan
Komposisi mineral dalam batuan metamorf dapat dikelompokkan dalam dua macam, yaitu : mineral yang tahan terhadap proses metamorfisme dan mineral baru yang terbentuk selama atau akibat proses metamorfisme. Contohnya; mineral kwarsa adalah mineral yang sangat stabil dan mampu bertahan terhadap proses metamorfisme sehingga kwarsa tetap hadir dalam batuan metamorf. Sedangkan mineral lempung akan berubah menjadi mineral lain selama proses metamorfisme sesuai dengan kondisinya yang baru. Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf, antara lain : kwarsa, mika, feldspar, karbonat,mineral lempung. Batuan Metamorf (Firdaus, 2011).
Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut ;
o   Komposisi mineral batuan asal
o   Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme
o   Pengaruh gaya tektonik
o   Pengaruh fluida
Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
·     Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh   tekanan diferensial (berbeda) pada saat proses metamorfisme.
·      Non foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran mineral-mineral dalam batuan tersebut.
Jenis-jenis Metamorfisme
  1. Metamorfisme kontak/termal
Metamorfisme oleh temperatur tinggi pada intrusi magma atau ekstrusi lava.
2.       Metamorfisme regional
Metamorfisme oleh kenaikan tekanan dan temperatur yang sedang, dan terjadi pada daerah yang luas.
3.       Metamorfisme Dinamik
Metamorfisme akibat tekanan diferensial yang tinggi akibat pergerakan patahan lempeng.

Facies Metamorfisme
Facies merupakan suatu pengelompokkan mineral-mineral metamorfik berdasarkan tekanan dan temperatur dalam pembentukannya pada batuan metamorf. Setiap facies pada batuan metamorf pada umumnya dinamakan berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral), kesamaan sifat-sifat fisik atau kimia.
Dalam hubungannya, tekstur dan struktur batuan metamorf sangat dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur dalam proses metamorfisme. Dan dalam facies metamorfisme, tekanan dan temperatur merupakan faktor dominan, dimana semakin tinggi derajat metamorfisme (facies berkembang), struktur akan semakin berfoliasi dan mineral-mineral metamorfik akan semakin tampak kasar dan besar (Azhar, 2009).
Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa
·     Relict/Palimpset/Sisa; masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya. Awalan blasto digunakan untuk penamaan tekstur batuan metamorf ini. Batuan yang mempunyai kondisi seperti ini sering disebut batuan metabeku atau metasedimen.
·     Kristaloblastik; terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik.

Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
·         Fanerit; butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
·         Afanit; butiran kristal tidak dapat dilihat dengan mata.

Tekstur Berdasarkan Bentuk Individu Kristal
·         Euhedral; bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri.
·     Subhedral; bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal di sekitarnya.
·         Anhedral; bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain di sekitarnya.
·         Idioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk euhedral.
·         Hypidioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk subhedral
·         Xenoblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk anhedral.

Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
·         Lepidoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk tabular.
·         Nematoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk prismatik.        
·     Granoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,       batas mineralnya sutured (tidak teratur) dan umumnya berbentuk anhedral.                                 
·      Granuloblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral   
                       
Tekstur khusus yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi :
·      Porfiroblastik; terdapat beberapa mineral yang ukurannya lebih besar dari mineral lainnya. Kristal yang lebih besar tersebut sering disebut sebagai porphyroblasts.
·   Poikiloblastik/sieve texture; tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
·      Mortar texture; fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada massa dasar material yang berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crushing).
·       Decussate texture; tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak menunjukkan keteraturan orientasi.
·        Sacaroidal texture; tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.

Berdasarkan jumlah tekstur yang dimilikinya, tekstur batuan metamorf dibagi menjadi dua, yaitu :
·         Homeoblastik; jika batuan metamorf tersebut hanya memiliki satu tekstur batuan.
·         Heteroblastik; jika batuan metamorf tersebut memiliki lebih dari satu jenis tekstur batuan.
  
Berbagai macam proses yang terjadi pada pembentukan batuan metamorf mempengaruhi rupa atau bentuk batuan itu. Salah satunya adalah tekstur. Tekstur pada batuan metamorf disebut dengan mineral metamorf yang terjadi karena kristalnya tumbuh dalam suasana padat oleh karena itu disebut dengan blastos atau blastik/idioblastik. Pada dasarnya tekstur pada batuan metamorf terbagi menjadi karena proses rekristalisasi yaitu perubahan butiran halus menjadi kasar dan proses reorientasi terbagi ke dalam skistositas atau foliansi terjadi oleh karena mineral yang pipih atau membentang tersusun dalam bidang-bidang tertentu yakni bidang sekistsis. Biang ini dapat searah dengan lapisan sedimen asalnya atau searah dengan sumbu lipatannya. Kristal yang ukurannya besar disebut profiroblastik. Contohnya yaitu dalam golangan metamorf dinamik, tak jarang batuan mengalami hancuran yang fragmental sifatnya (Lizza, 2009).
      Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik batuan metamorf
1. Komposisi Mineral Batuan Asal
2. Temperatur dan Tekanan Selama Metamorfosis
3. Pengaruh Gaya Tektonik
4. Pengaruh Fluida

Klasifikasi batuan metamorf
Batuan metamorf diklasifikasikan berdasakan ada atau tidaknya foliasi. Foliasi adalah struktur planar pada batuan metamorf yang disebabkan oleh pengaruh tekanan diferensial saat proses metmorfosis.
Tidak Terfoliasi
Kelas ini diklasifikasikan lagi menurut komposisi mineralnya.
Marmer terdiri dari butiran kalsit berukuran kasar. Jika batuan asalnya adalah dolomit, namanya menjadi marmer dolomit.
Kuarsit terdiri dari butiran kuarsa yang terlaskan bersama dan terikat kuat pada temperatur tinggi.
Hornfels berukuran butir sangat halus. Hornfels mika berasal dari serpih dan hornfels amphibole berasal dari basalt.
Terfoliasi
Kelas ini diklasifikasikan lagi menurut tipe foliasinya. Makin jelas foliasinya, makin tinggi derajat metamorfosisnya (menandakan makin tingginya tekanan/temperatur) (Pettijohn, 1975


1.5 PROSEDUR KERJA

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum acara Identifikasi Batuan Metamorf adalah:
a.       Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b.       Melakukan identifikasi batuan metamorf secara megaskopis/kasat mata berdasarkan sifat-sifat fisisnya:
-          Warna
-          Tekstur
-          Struktur
-          Komposisi mineral pembentuk batuan
c.       Menentukan nama batuannya
d.       Mengisi data pada lembar pengamatan

1.6 DATA HASIL PENGAMATAN

Nomor urut identifikasi           : 1
Nomor peraga                      : 1
Warna                                  : Putih, coklat, abu-abu
Tekstur                                : Relik (sisa)
Struktur                                : Non Faliasi
Komposisi mineral               : Karbonat (kalsit)
Nama batuan                        : Marmer
Keterangan                          : Berasal dari batu gamping













Nomor urut identifikasi         : 2
Nomor peraga                     : 2
Warna                                 : Abu-abu tua dan abu-abu muda
Tekstur                                : Granuloblastic
Struktur                                : Foliasi
Komposisi mineral               : Mika, kuarsa, feldspar
Nama batuan                        : Gnesiss
Keterangan                           : Berasal dari sekis, granit dan batu vulkanik















Nomor urut identifikasi           : 3
Nomor peraga                       : 3
Warna                                   : Kuning kecoklatan, kining dan coklat
Tekstur                                  : Lepidoblastic
Struktur                                  : Foliasi
Komposisi mineral                 : Mika, kuarsa, feldspar
Nama batuan                          : Gnesiss
Keterangan                            : Berasal dari sekis, granit dan batu vulkanik














Nomor urut identifikasi         : 4
Nomor peraga                     : 4
Warna                                 : Putih, abu-abu kuning
Tekstur                               : Lepidoblastic
Struktur                               : Foliasi
Komposisi mineral               : Mika
Nama batuan                       : Batu tulis
Keterangan                          : Berasal dari batu lumpur














BAB II
PEMBAHASAN

      Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme pada batuan yang telah ada sebelummya. Proseses metamorfisme adalah proses perubahan mineral dan tekstur atau struktur batuan dalam keadaan padat akibat perubahan tekanan dan temperature yang tinggi dalam kerak bumi tanpa mengubah komposisi kimia.
Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu batuan tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas memberi nama batuan tersebut. Sifat fisika dan kimia yang diidentifikasi pada praktikum ini adalah warna, tekstur, struktur, dan komposisi mineral penyusun batuan.
Pada praktikum ini ada 4 sampel batuan metamorf yang diidentifikasi. Setelah melakukan identifikasi dapat ditentukan nama dari batuan metamorf tersebut.
Nomor urut identifikasi pertama dengan nomor peraga 1, diidentifikasi warna batuan putih, cokelat, dan abu-abu. Tekstur batuan ini adalah relik (sisa) dikatakan relik karena tekstur dari batuan asal masih terlihat. Struktur batuan ini adalah non faliasi karena pada batuan ini tidak terdapat penjajaran mineral-mineral. Berdasarkan warna batuan ini, komposisi mineral penyusun batan ini adalah karbonat (kalsit). Dari cirri-ciri kenampakan fisik dan kimia dari batuan ini, dapat diketahui batuan ini berasal dari batu gamping. Berdasarkan identifikasi ini, nama batuan metamorf ini adalah batu marmer. (Classification of Metamorphic Rocks).
Marmer adalah batuan kristalin kasar yang berasal dari batu gamping atau dolomit. Marmer yang murni berwarna putih dan terutama disusun oleh mineral kalsit. Marmer terdiri dari mineral kalsit yang terjadi karena proses metamorfosa regional atau rekristalisasi dari batu gamping. Batuan ini padat, kompak tanpa foliasi, umumnya bertekstur granoblastik, terbentuk karena proses metamorphose kontak. Warnanya biasanya abu-abu karena adanya grafit (bereaksi positif dengan HCl).

      Nomor urut identifikasi kedua dengan nomor peraga 2, diidentifikasi warna batuan abu-abu tua dan abu-abu muda. Tekstur dari batuan ini adalah granuloblastic. Struktur foliasi. Komposisi mineral batuai ni adalah mika, kwarsa, dan feldspar. Berasal dari sekis, granit dan batuan fulkanis. Berdasarkan hasil identifikasi batuan ini adalah batu gneiss. Namun dalam percobaan keduan ini praktikan melakukan kesalahan saat mengidentifikasi karena kurangnya pengetahuan praktikan terhadap batuan metamorf ini. Berdasarkan arahan asisten, diketahui batuan ini bukanlah batu gneiss. Setelah mencocokkan dengan beberapa literature, praktikan berpendapat bahwa batuan ini adalah batu filit. Warna batuan ini adalah abu-abu tua sampai hitam dan abu-abu muda. Tekstur batuan ini lepidoblastic karena terdiri dari mineral-mineral yang tabular. Strukturnya foliasi ( slaty-schiston), secara khusus struktur mineral ini adalah phyllitic, yaitu struktur yang tingkatnya masih lebih tinggi dari slaty cleavage, ditunjukkan oleh kehadiran kilap sutra yang disebabkan oleh kehadiran mika yang sangat halus. Berdasarkan warna dari mineral komposisi mineral batuan ini adalah mika dan kwarsa. Dari cirri-ciri kenampakan fisik dan kimia batuan ini berasal dari slate, karena batuan ini terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari slate.

      Nomor urut identifikasi ketiga dengan nomor peraga 3, diidentifikasi warna batuan ini adalah kuning kecoklatan, putih dan coklat. Tekstur dari batuan ini adalah lepidoblastic. Strukturnya foliasi. Berdasarkan warna dari mineral ini komposisi mineral penyusun batuan ini adalah mika, kuarsa dan feldspar. Berdasarkan cirri-ciri kenampakan fisik dan kimia dari batuan ini, dapat diketahui batuan ini berasal dari sekis, granit dan batu vulkanik. Berdasarkan hasil identifikasi ini diketahui nama dari batuan ini adalah gneiss. (Classification of Metamorphic Rocks).  
Namun ada kesalahan pada tekstur dari hasil identifikasi batuan ini, tekstur dari batuan ini adalah granoblastic karena mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya tidak teratur. Secara lebih khusus struktur batuan ini adalah gneissic, yaitu struktur foliasi yang diperlihatkan oleh penjalaran mineral granular atau berbutir kasar, umumnya berupa kwarsa dan feldspar. Struktur ini senring memperlihatkan belahan yang tidak rata.

      Nomor urut identifikasi keempat dengan nomor peraga 4, diidentifikasi warna batuan ini adalah putih abu-abu, kuning kecoklatan. Tekstur batuan ini adalah  lepidoblastic karena mineral penyusunnya berbentuk pipih (tabular). Struktur dari batuan ini adalah foliasi, secara lebih khusus struktur batuan ini adalah schistone yaitu struktur foliasi yang disebabkan oleh penjajaran mineral-mineral pipih, kenampakan lebih jelas dari filit sehingga lebih mudah dibelah. Berdasarkan dari warna penyusun batuan, komposisi mineral penyusun batuan ini adalah mika (muskofit). Berdasarkan kenampakan fisik dan kimia dari batuan ini, diketahui batuan ini berasal dari batu lumpur. Berdasarkan hasil identifikasi batuan ini adalah batu sabun (soapstone) batuan ini sering di jadikan aksesori karena warnanya yang indah bila terkena matahari (Classification of Metamorphic Rocks).  





BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

a.       Untuk mengidentifikasi batuan metamorf ada beberapa kategori sifat fisis yang dapat diidentifikasi secara megaskopis yakni; warna, tekstur, struktur dan komposisi mineral penyusun batuan
b.       Dari hasil identifikasi batuan metamorf yang dilakukan secara megaskopis terhadap beberapa sampel batuan, dapat diketahui nama dari beberapa sampel batuan tersebut berdasarkan referensi dari Classification of Metamorphic Rocks

·         Nomor peraga 1 adalah batu Marmer (Marble)
·         Nomor peraga 2 adalah batu Filit (Phyllite)
·         Nomor peraga 3 adalah batu Gneiss
·         Nomor peraga 4 adalah batu Tulis (Schist)

3.2 SARAN
            Adapun saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini adalah sebaiknya kelengkapan alat-alat laboratorium dilengkapi, agar proses praktikum barjalan dengan lebih baik lagi.




DAFTAR PUSTAKA

Azhar. 2009. Petunjuk Praktikum Petrologi. Tim Geologi. Yogyakarta.
Endarto, Danang. 2005. Mineralogi. Jakarta.
Firdaus. 2011. Penuntun Geologi Dasar. FMIPA Unhalu. Kendari.
Jackson. 1970. Batuan dan Mineral. Jakarta.
Lizza. 2009.  http://www.lizzadromuseum.org/rm/.jpeg. Bandung.
Pettijohn, FJ. 1975. Archean sedimentation. Springer 618 h. New York.

1 komentar:

  1. Permisi, saya mohon ijin untuk mengutip materi blog anda sebagai sumber materi tugas sekolah saya. Terimakasih, sangat bermanfaat.

    BalasHapus