Anamnesis
Usia menars. Gangguan psikis, aktivitas fisik berlebihan,
menderita penyakit DM, penyakit lever atau riwayat penyakit lever, gagguan
tiroid (riwayat operasi), penambahan atau pengurangan berat badan, sedang atau
riwayat penggunaan obat psikofarmaka, obat-obat penurunan/penambahan berat
badan, obat-obat tradisional, frekuensi seksual.
Pemeriksaan
fisik
Berat badan, tinggi badan, pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut
pubis dan ketiak, perut membesar, akne, seborrhoe, pembesaran klitoris,
deformitas torak. Pemeriksaan ginekologik : singkirkan kehamilan, pemeriksaan
genitalia interna/eksterna.
Uji
Progesteron
1.
Uji
progestogen positif:
·
Bagi wanita
yang belum menginginkan anak, cukup diberikan P dari hari ke 16 sampai hari ke
25 siklus haid. Pengobatan berlangsung selama 3 siklus berturut-turut. Setelah
itu di lihat , apakah siklus haid menjadi normal kembali, atau tidak. Kalau masih
belum terjadi juga siklus haid normal, maka pengobatan dilanjutkan lagi, sampai
terjadi siklus haid yang normal lagi.
·
Perlu
diingat, bahwa akibat pengaruh E yang terus menerus dapat menyebabkan
hiperplasia endometrium, dan resiko terkena kanker endomtrium lebih besar.
Pemberian P pada wanita ini sekaligus mencegah kanker endometrium. Masalah akan
muncul, bila wanita tersebut telah mendapat siklus haid normal, namun belum
ingin punya anak. Untuk itu, perlu dianjurkan penggunaan kontrasepsi, seperti
IUD, atau yang paling sederhana adalah pemberian pil kontrasepsi kombinasi
dosis rendah.
2.
Uji
progestogen negative
Wanita dengan uji P negatif, dilakukan uji estrogen dan progesterone
(Uji E+P) Diberikan estrogen selama 21 hari, dan dari ke 12 sampai hari ke 21
diberikan progesteron 5 -10 mg/hari. Jenis estrogen seperti etinilestradiol (50
ug), estrogen valerianat (2 mg), atau estrogen konjugasi (0,625 mg). Paling
sederhana adalah pemberian pil kontrasepsi kombinasi. Uji E+P dikatakan
positif, bila 2 atau 3 hari kemudian terjadi perdarahan (bervariasi), dan bila
tidak terjadi perdarahan, uji E+P dikatakan negatif, yang artinya ada gangguan
di uterus (Asherman sindrom), atau atresia genitalia distal.
3.
Uji E+P
positif
·
Uji E+P
positif artinya wanita tersebut hipoestrogen. Terjadi gangguan pembentukan E di
folikel. Selanjutnya perlu dicari penyebabnya dengan analisa hormonal. FSH dan
LH rendah / normal, PRL normal. Biasanya dengan atau tanpa tumor hipofisis,
sehingga perlu pemeriksaan radiologik. Diagnosis adalah amenorea
hipogonadotrop, dengan atau tanpa tumor hipofisis. Penyebabnya adalah
insufisiensi hipotalamus hipofisis.
·
Bila hasil
analisa hormonal ditemukan FSH , atau LH yang tinggi, pRL normal, maka penyebab
amenoreanya adalah di ovarium (insufisiensi ovarium), misalnya menopause
prekok. Diagnosisnya adalah amenorea hipergonadotrop. Selanjutnya perlu
dilakukan biopsi ovarium per Laparoskopi. Bila hasil hormon FSH dan LH sangat
rendah, maka perlu dilakukan uji stimulasi dengan HMG (Uji HMG) untuk memicu fungsi
ovarium. Ovarium yang normal akan memproduksi E, yang dapat diperiksa melalui
urine atau darah (Uji HMG+).
4.
Uji HMG
positif
Amenorea terjadi karena kurangnya produksi gonadotropin di hipofisis,
atau produksi LH-RH di hipotalamus. Amenorea disebabkan karena gangguan sentral
berupa hipogonadotrophipogonadism.
5.
Uji HMG
negatif
·
Ovarium tidak
memiliki folikel, atau memiliki folikel, tetapi tidak sensitif terhadap
gonadotropin, seperti pada kasus sindroma ovarium resisten.
·
Bila
ditemukan kadar FSH dan LH normal sampai rendah , maka perlu di periksa PRL.
Kadar serum PRL melebihi kadar normal, termasuk kasus dengan hiperprolaktin
Pemeriksaan radiologi dapat atau tidak ditemukan tumor hipofisis (Prolaktinom).
Diagnosis wanita ini adalah amenorea hiperprolaktinemia, dan bila di temuakan
tumor hipofisis, maka penyebabnya mikro pada makro-prolatinoma, sedangkan yang
tanpa tumor hipofisis, penyebabnya tidak di ketahui. Kadar PRL,FSH dan LH
normal, (amenorea normoprolaktin), maka tindakan selanjutnya dapat dilakukan
uji stimulasi dengan klomifen sitrat (uji klomifen). Klomifen di berikan 100
mg/hari, selama 5-10 hari. Uji klomifen dikatakan +, bila selama penggunaan
klomifen di jumpai penigkatan FSH dan LH serum dua kali lipat, dan 7 hari
setelah penggunaan klomifen, dijumpai peningkatan serum estradiol paling
sedikit 200 pg/ml. Darah untuk pemeriksaan FSH,LH dan E2 diambil hari ke 7
penggunaan klomifen sitrat.Peningkatan hormone gonadotropin menunjukkan
hipofisis normal.
·
Pada wanita dengan
uji P+ terjadi perdarahan, dan terjadi peningkatan kadar serum progesteron
(Ovulasi +)
·
Pada uji
klomifen negatif, dapat dilakukan uji stimulasi dengan LHRH (uji LH-RH). Uji
ini untuk mengetahui fungsi parsial adenohipofisis, apakah sel-sel yang
memproduksi FSH dan LH mampu mengeluarkan FSH dan LH, bila diberikan LH-RH dari
luar. LH-RH diberikan dengan dosis 25-100 ug, intravena. Tiga puluh menit
setelah pemberian LH-RH, dilakukan pengukuran kadar LH dan FSH plasma.
·
Uji LH-RH
dikatakan +, bila dijumpai kadar FSH dan LH yang normal, ataupun tinggi. Disini
dapat disimpulkan adanya gangguan di hipotalamus, sedangkan bila tidak dijumpai
peningkatan, berarti ada kelainan di hipofisis.
Manajemen
amenorea pada wanita dengan uji P negatif dan uji E-P Positif
·
Pada wanita
dengan hiperprolaktin, ditangani dengan pemberian bromokriptin. Pada
normoprolaktin cukup pemberian Estrogenprogesteron siklik, meskipun cara ini
tidak mengobati penyebab dari amenorea tersebut. Bila di duga kelainan di
hipofisis, maka untuk memicu ovarium dapat di berikan hMG+hCG, sedangkan
kelainan di hipotalamus dapat diberikan LH-RH
Manajemen
amenorea pada wanita dengan uji P dan E+ P negatif
·
Pemeriksaan
FSH, LH, PRL serum, dan bila normal, maka diagnosisnya adalah normogonadotrop
amenorea, dengan penyebabnya defek endometrium (aplasia uteri, sindroma
Asherman, TBC).